ARTIST’S STATEMENT

I am challenged by the flexibility of watercolor, the characteristic of this liquid material is not easy to be controlled. With watercolor, I can not make two painting exactly the same, it is difficult to be forge too. That is why I try to use watercolor as oil painting is more familiar to me. Both of them have fulfilled my heart and I am working on them without neglecting other media such as pencils, paste pencils, charcoal.

I have been interested to paint the landscape and seascape of Indonesia since my husband always shows me his beautiful traveling photographs after coming home from each journey. This makes me feel that I have been there as well. I also love to paint flowers, animals (a few species only), ships, buildings, city lives, STILL LIFE, and of course – imaginary paintings.

Each artwork is painted sincerely and I wish a painting can be a souvenir or alternative gift for someone special,family, relation or partnership. It is worth to be collected too, for maybe many years later – what we see in the painting today will be “only memory”-.

(I try to protect my painting even on paper with special coating/wax. See Product Description)

PERNYATAAN SENIMAN

Sebagai seorang seniman, saya tertantang dengan flexibilitas cat air, sebuah materi cairan yang tidak mudah dikendalikan. Dengan cat air tidaklah sederhana untuk membuat dua lukisan yang sama persis (hal ini juga bisa menjadi alternative cara mengatasi pemalsuan lukisan).Sebenarnya lebih mudah bagi saya menggunakan media cat minyak karena saya lebih familiar dari pada cat air. Kedua media tersebut telah mencuri hati saya dan saya menggunakan keduanya untuk berkarya disamping dengan media pensil, pastel dan karbon.

Saya sangat tertarik untuk melukis pemandangan alam Indonesia karena setiap kali sehabis melakukan perjalanan yang berhubungan dengan tugas pekerjaannya, suami saya selalu menyempatkan kegiatan fotografi didaerah tersebut dan menunjukkan hasil foto-foto perjalanannya kepada saya. Dengan melukis pemandangan alam Indonesia seakan-akan saya juga telah berada disana. Saya juga suka melukis bunga, binatang (jenis tertentu), bangunan, kehidupan kota, kapal, STILL LIFE, dan tentu –imaginasi-

Setiap berkarya saya lakukan dengan sungguh hati dan penuh perencanaan dan pemikiran. Saya berharap sebuah lukisan dapat menjadi buah tangan atau hadiah kepada orang yang special, relasi bisnis, persaudaraan, pertemanan bahkan mungkin hubungan diplomatik. Lukisan juga berharga untuk di koleksi karena mungkin suatu saat bertahun-tahun kemudian, apa yang kita lihat saat ini “tinggal kenangan”.

(Saya berusaha untuk melindungi karya saya baik berbahan kertas maupun kanvas, Lihat deskripsi disetiap produk)

BIOGRAPHY

star

Widya Mabeifang is an Indonesian Artist. She was born about 43 years ago in Surabaya, East Java, Indonesia and still lives there with her family.

Since a young girl, she has been interesting in drawing with pastel under instruction of her own uncle, Heru Susanto.

Once she won a reward from Japan when she was 12 years old which encourage her to put her choice in painting.

She had ever had several time group-painting exhibitions where she sold her first oil painting – on Bumi Hotel (used to Hyatt Hotel), Surabaya, on Taman Budaya, Surabaya, on Balai Pemuda, Surabaya.

But time and financial situation bent her “path”, she got a scholarship in a catholic university in Surabaya. After graduation, she worked in a public accountant as a consultant.

In August 2010, a big decision was made, she gave up her career as an accounting consultant and devoted her life for painting. She has been learning to paint autodidact since that day which is supported by her beloved husband and children.

Widya Mabeifang adalah pelukis Indonesia. Terlahir 43 tahun silam di kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia dan masih tetap tinggal di kota Pahlawan tersebut sampai saat ini.

Semenjak gadis belia, beliau telah tertarik untuk menggambar dengan pastel dibawah arahan, bapak Heru Susanto yang adalah paman beliau sendiri.

Suatu saat, ketika berusia 12 tahun beliau memenangkan sebuah penghargaan dari Jepang dan sejak saat itu menjadi lebih bersemangat dan memutuskan untuk mengambil jalur seni kelak di kemudian hari.

Beliau pernah mengadakan pameran bersama sebuah komunitas saat itu di Hotel Bumi (Hotel Hyatt saat itu), Surabaya; di Taman Budaya, Surabaya; dan di Balai Pemuda, Surabaya. Dalam pameran tersebut untuk pertama kalinya beliau menjual karya cat minyaknya.

Dengan berjalannya waktu dan kondisi keuangan yang kurang baik saat itu, beliau memutuskan untuk mengambil kuliah di sebuah universitas di Surabaya dengan beasiswa dan setelah lulus kuliah beliau bekerja di sebuah perusahaan konsultan akuntansi public.

Hingga pada bulan Agustus 2010, sebuah keputusan besar dibuat oleh beliau yang memutuskan untuk berhenti berkarier di bidang konsultasi akuntansi dan membaktikan hidup dalam senirupa.

Sejak saat itu beliau memulai belajar melukis secara otodidak dengan dukungan suami dan anak-anak tercinta.